Sewaktu Ibu saya kecil di sekitar rumah kami masih banyak pohon bambu,
sawah, dan kali kecil yang jernih, jadi kalau bermain, semua pada asyik
sampai lupa kalau sudah menjelang magrib. Tapi ibu saya selalu ingat
pesan nenek, "Sebelum menjelang magrib harus sudah ada dirumah, pamali."
Ibu saya langsung pulang kerumah, tapi ada satu teman ibu saya yang
masih asyik bermain sebutlah namanya Aci (bukan nama sebenarnya)padahal
sudah diajak pulang sama ibu saya, tapi Aci menolak. Karena Aci keras
kepala ibu saya pulang sendirian.
Sehabis
magrib, orang tua Aci datang kerumah nenek menanyakan keberadaan Aci
yang belum pulang, lalu ibu saya menceritakan kepada orang tua Aci bahwa
Aci menolak diajak pulang ketika sedang bermain. Orang tua Aci pun
tidak hanya mencari Aci kerumah ibu
saya, tapi kerumah teman teman Aci yang lain, tapi semua tidak ada yang
tau keberadaan Aci. Akhirnya warga desa turut membantu orang tua Aci
mencari anak mereka yang hilang sampai larut malam berkeliling.
Orang
tua Aci akhirnya memutuskan untuk pergi ke orang pintar (sesepuh desa)
di desa mencari keberadaan Aci. Beliau berkata Aci ada disuatu tempat,
keadaannya baik baik saja, hanya saja Aci belum bisa pulang pada malam
itu, beliau pun meminta orang tua Aci
agar sehabis sholat subuh kembali mencari Aci dengan membawa kentongan,
kaleng, dan jenis tabuhan lain untuk dipukul bersamaan sambil memanggil
nama Aci.
Sehabis
sholat subuh, orang tua Aci dibantu warga desa lainnya mulai memukul
kentongan, kaleng, dll berkeliling sambil memanggil nama Aci hingga
matahari telah terbit, tapi Aci masih belum ditemukan. Warga yang merasa
putus asa pun mulai kembali kerumahnya masing masing.
Salah
seorang warga yang baru saja ikut membantu mencari Aci tidak lama
berteriak. "Aci ... itu Aci ... di dekat sumur." Bersamaan dengan itu
warga lainnya termasuk orang tua Aci menghampiri ke arah sumur dekat
pohon bambu yang terlihat dari rumah Aci. Ternyata benar itu Aci. Tapi
Aci sama sekali tidak menghiraukan kerumunan warga malah asyik memakan
cacing yang ditaruh diatas daun talas.
Akhirnya
Aci digendong pergi ke rumah sesepuh desa oleh ayahnya, disana Aci
diberi air minum yang sudah dido'akan oleh sesepuh. Barulah sehabis
minum Aci sadar dan mulai ditanyai oleh orang tua nya.
"Ia Aci main disawah, ga mau pulang. Terus ada Ibu ibu
itunya besar (payudara) suruh pulang karena sudah magrib. Aci
kerumahnya. Disana banyak anak anak, ibunya baik, pulang langsung masak
mie goreng. Enak. Aci makan bareng sama yang lain. Terus kata Ibu gendut
kalau mau magrib harus pulang ga boleh kayak gini lagi"
Kata
sesepuh desa, Aci dibawa Kolong Wewe yang tinggal di pohon bambu, mie
goreng yang Aci makan sebenarnya bukan mie goreng, tapi cacing. Kenapa
Aci belum ditemukan padahal Aci ada didekat rumah itu karena Aci di
gendong Kolong Wewe. Belum bisa dilepas sebelum Subuh/matahari terbit
sampai mendengar suara kentongan.
Kata ibu saya,
semenjak kejadian Aci, anak anak di desa tidak berani main ketika mau
magrib. Mereka menuruti semua nasihat orang tua pulang sebelum magrib,
sholat di mushola dan mengaji.
Kisah Nyata. Di Daerah Cikaret, Cibinong Kab. Bogor tahun 1970an
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "DICULIK KOLONG WEWE"
Post a Comment