Menikah itu Tak Hanya Bahagia, Ada 13 Ujian Pernikahan yang Selalu Siap Menanti Kalian

Kira-kira, itulah kata-kata gombal yang sering kita dengarkan. Katanya, setelah menikah itu hidupmu akan indah karena (akhirnya) kamu bersama pasangan sejatimu. Tapi kamu harus sadar, bahwa pernikahan itu gak cuma yang indah-indah saja. Ada kekurangan di sana-sini yang perlu kamu "tambal" bersama pasangan halalmu. Oleh karena itu, sudah sadarkah kamu dengan realita-realita ini?
1. Untuk suami, masalah finansial yang harus dipikirkan tentu akan bertambah.
Tidak bisa dipungkiri, masalah finansial menjadi suatu hal krusial saat berumah tangga. Dari yang biasanya sendiri, sekarang harus menghidupi istri dan anak. Dari yang biasanya sering hangout, sekarang mulai memikirkan menabung untuk membeli rumah. Jika kalian sama-sama bekerja, masalah finansial tidak terlalu membebani. Namun ada baiknya untuk memulai perencanaan keuangan jauh sebelum memantapkan diri ke jenjang pernikahan.
2. Buat istri, sudah waktunya gak manja lagi, ada suami yang perlu diperhatikan juga.
Cewek baru mantap disebut istri jika sudah lancar mengerti kebutuhan suami. Bisa memasak, mengurus rumah tangga, mengelola keuangan keluarga, memberi dukungan saat suami lelah serta dirundung masalah, dan sebagainya. Ketika istri berkarir, kebutuhan suami dan keluarga tetaplah wajib menjadi prioritas nomor satu.
3. Ingat, masih ada orangtua dan mertua yang perlu kamu jaga juga.
Menikah itu juga menyatukan dua keluarga yang berbeda. Dengan kata lain, kalian perlu menyatukan dua tabiat yang berbeda. Kalian perlu saling bekerja sama untuk menghapal kebiasaan orangtua kalian masing-masing. Dengan membiasakan diri untuk menjaga dua keluarga, tentu akan jauh lebih mudah memperhatikan dan menjaga mereka.
4. Dengan menikah, semakin banyak sifat pasangan yang terbuka.
"Ih, kamu kalau tidur sukanya kentut!"
"Kamu mandinya lama banget. Luluran ya?"
"Jangan pakai baju itu dong. Malu-maluin di depan teman kerjaku."
Percayalah! Setelah menikah nanti, ada ekspresi semacam di atas yang akan kamu lontarkan. Baik untuk hal yang sifatnya sepele, maupun yang agak serius. Sabar dulu, jangan merasa kecewa terlebih dulu. Ingat, kalian sudah mengikat janji suci. Bertengkar itu wajar, yang perlu dilakukan adalah saling menerima kebiasaan tersebut. Atau mungkin juga, kalian bisa sama-sama mengurangi kebiasaan jelek itu sampai akhirnya saling menerima.
5. Hamil sembilan bulan bisa terasa berat kalau tidak ada kerjasama yang kuat.
Jangan dikira hamil sembilan bulan itu hanya kerja istri. Bukan, ini juga kerja suami untuk mengikuti istrinya. Perubahan mood, perubahan fisik, muntah-muntah, pusing bahkan ngidam, tak lagi berasa berat kalau suami siap mendukung istrinya.
6. Ketika anak lahir, di situlah muncul tantangan jangka panjang yang lain.
Kini ada bayi kecil yang sehat dan lucu di antara kalian. Tapi di balik itu, kamu perlu memulai memikirkan perencanaan keuangan yang matang untuk membiayai kebutuhannya. Mulai dari susu, pakaian, hingga pendidikannya di masa depan.
7. Setelah menikah, pulang rumah usai kerja merupakan prioritas pertama dalam kehidupanmu.
A: "Habis jam kantor, kita mau ngumpul di resto nih. Ikutan, yuk! Ditraktir lho!"
B: "Enggak, ah! Aku mau langsung pulang aja. Kasian anak - istri di rumah nungguin."
Ketika belum menikah, tentu tidak perlu berpikir dua kali menerima ajakan teman. Tapi kalau sudah menikah, prioritas kalian akan bersama orang di rumah. Kalian tidak ingin kehilangan momen berharga dengan anak. Lagipula kalau nanti terjadi sesuatu, siapa juga yang menanggung susahnya selain kalian berdua?
EDITORS' PICKS
· Saran Cewek untuk Cowok: Gunakan 11 Cara Ini Agar Kami Jatuh Hati Padamu
· Ketika Sepasang Kekasih Harus Berhenti Mengecap Manisnya Cinta karena Perbedaan Agama...
· Dengan 10 Kombinasi Makanan Ini, Dijamin Dietmu Bakal Sukses
8. Seiring bertambahnya usia anak, waktu bersama pun akan semakin berkurang.
Semakin besar usia anak (dan semakin banyaknya anak yang dipunya), tentunya kebutuhan keluarga tidaklah sesimpel dahulu. Gak heran kalau waktu berdua juga semakin berkurang. Namun percayalah, ini merupakan saat-saat kalian diuji. Yang satu diuji perjuangannya, yang satu diuji kesetiaannya.
9. Karir juga meningkat dengan tajam, namun godaan yang datang semakin banyak juga.
Semakin sukses seseorang, semakin banyak godaan menerpa. Sebagai istri, kamu masih dituntut pengertian terhadap profesi suami yang semakin padat-padatnya. Jika nanti muncul gosip atau terpaan berita miring, jangan terburu terprovokasi. Begitu juga sebaliknya dengan suami. Bila salah satu tersandung masalah, kalian harus saling setia mendampingi dan menguatkan.
10. Belajar bagaimana caranya memantau anak, tanpa mengekangnya itu susah!
Perjuangan kamu sebagai pasangan yang menikah, tidak terhenti sampai anak dewasa. Ketika di usia ini, pergaulan anak sudah semakin luas. Sudah waktunya belajar caranya untuk memantau anak tanpa terlihat mengekannya. Dan ini tidak mudah, lho!
11. Ketika anak telah memilih kehidupannya sendiri, percayalah kalian akan selalu dibutuhkan olehnya, sesederhana apapun itu!
Akhirnya, kamu menuntaskan tugasmu sebagai orang tua. Anakmu mendapatkan jodohnya dan memilih jalan hidupnya sendiri. Ia menikah dan hidup mandiri dengan berpisah dari keluarga. Ia pun mulai merasakan perjuangan yang sama, seperti yang kamu alami dahulu. Namun semandiri apapun ia, percayalah! Ia akan terus membutuhkan peranmu sebagai orang tua, sesederhana apapun itu.
12. Di usia yang tak bisa dibilang muda lagi, kamu menyadari bahwa perjuangan orangtuamu dulu tidak bisa dianggap sebelah mata.
Seluruh anakmu telah memilih mandiri dengan hidupnya masing-masing. Dengan begitu, kamu kini hanya tinggal berdua dengan suami di rumah. Di titik inilah, kamu banyak merenung dan merindukan nostalgia. Kamu mulai ingat masa kecilmu, yang mana sangat bandel pada orangtua. Namun setelah menikah dan menjadi orangtua, kamu sadar betapa beratnya perjuangan orangtuamu dulu untuk mendahulukan anaknya.
13. Karena hanya Tuhan yang mampu memisahkan cintamu, kamu akan tetap saling memperjuangkan dan mengisi satu sama lain.
Dan pada akhirnya, meski kamu sudah tidak bekerja lagi, meski kamu sudah tidak mengasuh anak lagi, bukan berarti perjuangan pasca pernikahan berakhir. Saat inilah keriput di wajahmu mulai subur. Rambut-rambutmu juga memudar kehitamannya. Tubuh juga tak berbentuk gitar spanyol karena riwayat kehamilan. Tapi perjuanganmu pasca pernikahan belum berakhir.
Kamu masih harus berjuang mempertahankan cintamu dengan suami, hingga akhir nanti. Bagaimana pun kalian nampak sekarang, cuma Tuhan yang bisa memutuskan cinta kalian.

0 Response to "Menikah itu Tak Hanya Bahagia, Ada 13 Ujian Pernikahan yang Selalu Siap Menanti Kalian "

Post a Comment

Total Pageviews

baju wanita