IBU KW VS IBU ORIGINAL


Mulai lagi yah, pojok memojokkan ibu yang bekerja. Malah sampai ada yang bilang,
" jika ibu menghabis kan waktu 8 jam di kantor, itu ibu atau karyawan?"
Degg...serasa ada bambu menghunus jantung. Bukan pisau, tapi bambu, lebih sakit dari pisau tajam. Untunglah yang bicara adalah laki laki, maka saya mengerti, dia tak pernah merasakan perut seolah kembung selama +- 9 bulan, tak pernah merasakan muntah dan pusing di 3 bulan pertama kehamilan, jangan kan makan, minum saja rasa nya gak napsu, gak juga merasakan perut begah dan susah tidur karena posisi perut besar, terlentang nyeri, miring pegel, tengkurep?? Yang bener ajee...gak pernah juga merasakan jalan susah, ngos ngos an dan aneka keluhan lain saat hamil, gak ngerti juga dia rasa nya pasca melahirkan. Jadi ya...di maklumi saja kalau si penulis menjajarkan antara "ibu" dan "karyawan" dengan mengecil kan dan mempertanyakan posisi keibuan.
.
Tapi aneh lho, banyak perempuan lain yang ikut nge share. ‪#‎tepok‬ jidat. Bener bener aneh! Khusnudzon aja, mungkin yang nge share belom pernah hamil juga.
Saya pribadi menyebut itu kekhilafan manusia, atau kalau saya lagi jengkel saya menyebut itu kenyinyiran saja....
Boleh di tanya, apakah ada ibu yang bekerja ketika hamil tidak merasa melas? Bopong perut, rebutan kendaraan umum, bejubel dengan keringet dan bau asap, sampai di kantor di kejar deadline. Apakah ada ibu yang tidak teriris ketika mau berangkat kerja, si anak menangis ingin ikut? Ketika anak sakit, apakah ada ibu bekerja yang tidak khawatir? Bahkan bisa jadi tiap jam si ibu menelpon kerumah menanyakan kondisi anak! Bedakan, bedakan dengan ayah yang bekerja!
Sekali pun bekerja, sang ibu membesarkan anak dengan hati nya, dengan doa nya. Ketika mata ibu berada di kantor, mata hati ibu selalu berada di dekat anak, ketika di supermarket, si ibu langsung menatap diapers, lagi diskon gak?! Sepele, tapi itulah ibu. Hal yang sepele sekalipun tak pernah terlewat. Masih mau bilang bukan ibu, hanya karyawan biasa???
Uhuuuyy, mereka yang memojokkan ibu yang bekerja belom pernah merasakan nikmatnya memerah ASI di antara sibuk nya waktu kantor. Kalau menyusui ibu yang menyusui langsung di rumah, menyusui dengan banyak keluhan, pikir 2x sebelum mengecilkan ibu bekerja, perjuangan ibu bekerja dalam memberikan ASI bisa 2-3x lebih berat! Bangun tidur harus lebih pagi dari siapapun, menyiapkan kebutuhan anak, suami saat ditinggalkan, ketika pulang kerja, masih harus merapikan dan mengerjakan pekerjaan rumah.
.
Jangan, sekali kali jangan, jangan menyamakan kondisi kita dengan orang lain, mungkin bisa bilang, rejeki itu Tuhan yang ngatur, atau jualan aja di rumah biar bisa sambil ngawasin anak, hidup itukan pilihan. Betul, hidup itu pilihan, dan pilihan yang di hadapkan pada kita belum tentu sama dengan pilihan yang dihadapkan pada dia. Siapa tau si Ibu bekerja memang betul betul berjuang demi keluarga, tak bekerja = tak makan. Dan dia bukan tipe orang yang bisa teriak teriak di facebook kalo lagi punya masalah, jadi semua orang memandang, dia bahagia dan bekerja untuk keegoisannya. Membesarkan anak tidak hanya dengan pelukan dan ciuman atau kelonan setiap tidur, kita hidup di era ke toilet umum aja 2000 perak! Sekolah gratis hanya sampai SMP, dan gratis hanya spp aja. Betul rejeki di tangan Tuhan, tapi Tuhan kita juga bilang, carilah rejeki itu dengan cara apapun dan halal. Belom tentu lhoo orang itu bisa jualan, jangan lupa pelajaran SD dulu, tiap orang di ciptakan berbeda beda sesuai minat bakat. Kalo semua orang jago jualan, trus yang jaga kantor kecamatan siapaa?????
.
Hargai, hargailah pilihan hidup orang lain. Seorang ibu pasti tau kapasitas nya sendiri2, tau batasannya, dia tau kapan harus pergi dan kapan harus memutuskan untuk di rumah. Semua ibu di dunia ini sesungguh nya selalu ingin bermanja di rumah mewah, di lengkapi beberapa lusin pembantu dan sopir pribadi, setiap 3 hari sekali pergi spa. Setiap hari luluran menyambut anak dan suami. Tapi, ketika keinginan itu tak terwujud, dan si ibu terpaksa meninggalkan anak di rumah demi 10 jam di luar sana, itu pun adalah perjuangannya, berjuang menghapus merana di hati harus meninggalkan anak yang telah di kandung dengan susah payah.
Diantara perang antara ibu bekerja dan tidak, saya teringat cuplikan ayat :
"Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya dalam tiga puluh bulan...." (Al Ahqaaf : 15)
Untunglah, Tuhan kita tak pilih kasih. Seorang anak wajib berbuat baik kepada orang tua nya, kepada ibu nya, dan tidak di sebutkan ibu kw atau ibu original, ibu bekerja atau tidak bekerja, jabatan kita tetep sama di mata Tuhan, tetep seorang ibu dimana surga berada di telapak kaki ibu....
Karena saya yakin, Tuhan maha mengetahui kondisi hamba nya.
Jika dimata Tuhan aja sama, mari buang kenyinyiran, jangan sok menghakimi, karena kita bukan hakim, mari mulai menghargai sesama wanita yang pernah datang bulan, yang pernah hamil dengan kepayahan, bahwa menjadi istri, menjadi ibu bukan hal mudah, baik ibu di rumah ataupun ibu bekerja
kalau ada Ibu yang memilih di rumah, bukan berarti dia perempuan bodoh yang mau menggantung ijazah di tembok, bukan pula wanita yang manja, hanya orang dungu yang memandang rendah ibu yang di rumah. Ibu rumah tangga adalah perempuan hebat, ibu hebat yang sanggup menjadi wonder women, siapa bilang juga para ibu di rumah ini gak bisa cari uang?
Kalau ada Ibu yang memilih bekerja, bukan berarti dia perempuan yang egois yang tega terhadap anak, tapi dia adalah perempuan hebat yang sanggup menerima tempaan, juga seorang wonder women pejuang kehidupan
Kita semua, adalah ibu yang hebat, tak peduli dimana pun tempat kita, Tuhan memberikan jabatan mulia kepada kaum Ibu, maka jangan nodai dengan kenyinyiran. Mungkin jalan hidup kita berbeda, tapi kita tetap seorang ibu.
Kita sama sama ibu, sama sama pejuang.

copas #Ririe Yayagi

Related Posts :

0 Response to "IBU KW VS IBU ORIGINAL"

Post a Comment

Total Pageviews

39,731
baju wanita